Pacaran menurut kaidah ajaran agama


Sejak 40 tahun lalu Ibu Kota Jakarta telah banyak megalami perubahan-perubahan, terutama sektor ekonomi, perkantoran, pendidikanpariwisata, hingga temapt-tempat hiburan. Dari kelas elit sampai dengan kelas ekonomi, Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia merupakan pusat penggerak kemajuan. Seiring dengan melajunya perkembangan kota Jakarta, ternyata penduduknya juga mengalami perubahan nilai-nilai sosial yaitu pola hidup, sikap serta gaya hidup. Hura-hura merupakan sikap yang sangat menonjol dari kaum muda terutama remaja, terkadang menampilkan sikap brutal misalnya di jalan raya kebut-kebuta, penggunaan obat terlarang, perkelahian dan pergaulanbebas. Keinginan hidup mewah berlebih-lebihan atau konsumtif dan akhirnya lupa diri. Melakukan hubungan terlarang dianggap biasa hingga terjadinya aborsi (menggurkan kandungan), atau pernikahan yang tidak diinginkan. Agar tidak terjadi seperti tersebut di atas, marilah kita simak ilustrasi berikut ini.

Masih ingat lagu Chrsye?

“ Engkau masih anak sekolah, satu SMA, belum tepat waktu untuk begini begitu...”
“Apalagi kite masih SMP.....”
“Belum sampai saatnya untuk begini begitu.....”!!
“Wah lagunya sudah kadarluwarsa ya, tapi pesan dari lagu itu masih bagus untuk di bahas. Sekarang telah menjadi opini umum dikalangan anak muda, bahwa punya pacar itu adalah harus, jika tidak, akan dianggap tidak laku dan tidak pandai bergaul. Tapi celakanya kalu sudah punya pacar berbeda dengan teorinya, dan akhirnya....mereka akan menjadi korbannya sendiri. Mengapa?
A.    Penyebab ada beberapa faktor, antara lain:
1.      Faktor fisik dan psikis remaja
Secara fisik remaja sudah matang, sudah aktif memproduksi sperma (organ reproduksi sudah berfungsi), tapi belum boleh di gunakan karena belum menikah, artinya kalau ia berdekatan denagn lawan jenis, secara otomatis aliran listriknya sanagt cepat mengalir dan akhirnya “Nabirong”. Secara psikis remaja sudah akil bali       q, akalnya matang dapat membedakan mana yang benar dan ada yang salah dan sudah harus memilki tanggung jawab untuk melaksanakan perintah agama.
2.      Faktor luar
Banyak sekali jenis hibur baik melalui media elktronik, cetak maupun secara langsung yang menampilkan gambar-gambar, adegan dan bahasa yang erotis disajikan dengan sangat vulgar. Hal ini juga akan membuat remaja “Nabirong.”
3.      Faktor agama
Landasan agama yang dimiliki remaja dewasa ini secara umum relatif rendah, sehingga tidak mampu menangkal godaan yang begitu berat dan dsyat.
4.      Faktor nilai-nilai kehidupan
      Perubahan nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat sanagt mempengaruhi remaja karena kurang pengawasan. Jadi remaja harus waspada sekali dari bahaya laten yang mengancam. Dalam pergaulan sehari-hari sangat wajar bila remaja laki-laki tertarik kepada perempuan dan perempuan tertarik kepada laki-laki, yang tidak wajar adalah kertarikan itu tidak dibatasi dengan moral, perasan malu, dan aturan agama.

Dalam pergaulan laki-laki dan perempuan harus bisa memerankan dirinya dengan baik dan banar sehingga tidak merendahkan kehormatan yang satu dnegan yang lainnya. Semestinya semua justru untuk dijadikan peluang untuk mencari kebaikan sebagai sesama manusia dan sesama hamba Allah. Mampu menahan diri untuk  tidak berbuat jelek, dosa dan maksiat adalah temasuk ibadah yang besar pahalnya.

Daftar Pustaka:
Tasfir, Nurhayati dkk. 2008. Buku Modul Bimbingan dan Konseling Seri Perkembangan Diri. PT. Tunas Melati: Jakarta.



tertanda,
Sri Lestari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH ANGKET SOSIOMETRI

KENAKALAN REMAJA

KATAKAN TIDAK PADA NARKOBA!